Pages

Selasa, 02 Oktober 2012

CINTA REMAJA YANG SEDIH


    
DESTROYED
    Cerpen karya Rani Dwi Anggraeni

    Hari ini tetap hari yang indah seperti hari kemarin. Ku lihat langit begitu indah, begitu cerah..secerah hatiku saat ini. Terdengar suara kicauan burung yang membuat suasana hari ini begitu indah. Aku tersenyum-senyum mengingat dia, orang yang aku cinta. Aku teringat akan setiap kenangan dari dalam dirinya. Aku tak bisa melupakan dia bersama kenangannya, cukup sulit untukku ketika aku berpisah dengannya. Aku terbangun dari lamunanku, dan segera beranjak pergi dari kamarku.

    Kriiing..suara handphone ku berbunyi, itu pesan dari Kian. Dengan cepatnya aku membuka dan membaca isi pesan itu. Ternyata dia ingin bertemu denganku di taman. Dan untungnya sekarang itu hari sabtu, jadi aku bisa bertemu dengannya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan segera mandi lalu berganti pakaian. Tak lama kemudian, aku berpamitan kepada kedua orangtua ku, dan bilang aku akan pergi bertemu Kian, orangtuaku sih tidak mengomel, karena mereka sudah mengenal cowok itu. Aku berjalan ke arah taman, dan ternyata dia belum datang, aku memutuskan untuk menunggunya.

    Aku berjalan menuju pohon yang begitu besar dan rindang, lalu aku duduk di bangku panjang yang tak jauh dari lapangan bola. Udara disana begitu sejuk, dan menenangkan jiwaku. Tak lama kemudian, ia sudah terlihat dari kejauhan, dan ia berteriak memanggilku.

    “Clara” panggilnya.

    Aku pun segera beranjak dari tempat dudukku, dan refleks aku melambaikan tanganku ke arahnya. Dia tersenyum padaku, oh...manis sekali. Sungguh, aku menyukai senyumannya itu. Aku berlari ke arah dia, dan aku tersenyum padanya, kemudian ia mengelus kepalaku. Aku menunduk, aku merasakan kasih sayang darinya lagi. Lalu kami berjalan menuju tempat duduk di bangku yang aku tempati sewaktu menunggunya. Kami duduk berdua di bawah pohon, ia berada tepat di hadapanku. Ia memegang tanganku, seperti biasanya ia mengejek tanganku yang kecil ini, katanya tanganku mirip tangan bayi. Hatiku bardebar ketika ia memegang tanganku, bahkan aku sempat berfikir, apakah ini mimpi?atau aku sedang melamun? Aku mencubit tanganku sendiri, dan ternyata ini bukan mimpi.

    Jujur, aku tak bisa melupakan Kian, karena ia cinta pertamaku. Aku menyukainya karena ia selalu membuatku tertawa, membuatku nyaman jika dekat dengannya. Meski ia bukan tipe cowok yang romantis, tapi aku mencintainya dengan tulus.

    Ia membuka percakapan dengan membahas masa lalu kami, yang menurutku tak perlu di bahas lagi, karena itu sangat menyakitkan untukku, dan beribu penyesalan selalu menghantuiku karena telah mengecewakannya .Tapi sungguh, aku tak bermaksud mengecewakannya. Kini di hatiku hanya ada satu harapan, harapanku untuk bisa bersamanya lagi. Apakah semua itu akan terwujud?

    Kian menatapku dalam, aku segera memalingkan wajah ke arah pepohonan, aku tak bisa menatapnya karna aku takut akan diriku jatuh ke dalam pelukannya. Suasana menjadi hening, tak ada lagi celotehan dia, dia hanya memainkan ponselnya. Aku hanya bisa terdiam, dan berfikir mengapa dia tersenyum sendiri setiap kali melihat ponselnya itu?

    Kemudian, aku melirik ke arah tangannya, aku heran kenapa kukunya bening? lalu aku tanyakan kepadanya.

    “Kuku kamu bagus, pake kutek bening ya?” kataku

    “Oh iya, aduh lupa belum di hapus, ini gara-gara si Virni.” jawabnya sambil tersenyum sendiri

    “Virni? Virni siapa sih? Aku belum pernah mendengar temannya yang bernama Virni.” Aku bertanya-tanya dalam hati.

    Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya.

    “Virni itu pacar kamu?”tanyaku.

    Ia mengangguk, dan tersenyum padaku. Kemudian, ia berpindah tempat, lalu duduk tepat di sampingku. Entah mengapa hatiku sudah tak karuan, hatiku berdebar mungkin suasana yang membuatku seperti ini. Tiba-tiba saja ia menunjukkan foto sesosok wanita yang sama sekali tak ku kenal. Hatiku berbicara, mungkin itu Virni, pacar barunya Kian.

    Apa maksudnya semua ini?aku tak mengerti. Apa ia ingin membuatku cemburu? Aku terdiam, dan kepalaku menunduk. Hatiku perih melihat kenyataan nya Kian sudah mempunyai penggantiku. Rasanya aku seperti di ambang ke atas, lalu di jatuhkan dengan cepatnya. Tuhan..ternyata ia ingin bertemu denganku, ingin menunjukkan pacar barunya. Aku berdoa agar aku tak meneteskan air mataku di hadapannya. Saat itu juga harapanku musnah. Kemudian, ia duduk di hadapanku lagi, dan menatapku dalam-dalam. Sungguh aku tak bisa membalas tatapannya itu, aku hanya bisa menundukkan kepala. Aku merasakan dadaku sesak, dan rasanya air mataku akan menetes dengan sendirinya. Tapi untungnya aku bisa menahannya. Karena jika aku menangis, itu sama saja dengan membunuh diri sendiri.

    Aku melirik jam tanganku, waktu sudah sore menunjukkan pukul 16.30. aku harus segera beranjak pergi dari tempat itu. Aku segera berpamitan pada Kian dan segera pergi dari taman. Aku berharap ia berteriak memanggilku dan mengantarkanku pulang, tapi semua itu tak terjadi. Aku berjalan melewati jalan yang sepi dengan letih dan kekecewaan. Suasana di sana sangat hening, hanya hembusan angin yang merasuk kedalam tubuhku. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, tapi aku tak bisa. Langit pun mendung, tak lama kemudian hujan turun membasahiku.

    Aku berlari menjauh dari dia yang berjalan ke arah yang berlawanan denganku. Ternyata semua tak sesuai harapanku. Sekarang aku tersadar, bahwa dia bukan yang terbaik untukku. Aku hanya pelariannya, seolah-olah aku adalah selingkuhannya. Selama ini, ia hanya mempermainkan perasaanku. Cukup tau dia begitu, cukup sampai disini, aku takkan membiarkannya menyakitiku lagi. Aku terus berlari melawan derasnya hujan, aku menangis sejadi-jadinya. Dan sekarang aku berteriak sekencang-kencangnya untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di benakku. Sampai saat ini, sampai detik ini, aku tak akan pernah mengingatnya lagi.

0 komentar:

Posting Komentar