Pages

Sabtu, 08 September 2012

Ayah Kembalikan Tangan Dita


Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Membeli Waktu Ayah


Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama."Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak.
Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos. Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.
Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi saya tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada suster, pembantu atau sopir.
Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan?
Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.
Anak yang shalih adalah salah satu bentuk investasi akhirat kita.

Jangan Marah, Akhir dari Marah adalah Penyesalan

Astagfirulloh.. Berhati-hatilah dengan sifat MARAH !!
Dikisahkan oleh Syaikh Abdurrozak bahwa ada seorang anak kecil yang tulang tangannya terlepas disebabkan ketika anak tersebut dibangunkan oleh Ayahnya, tetapi susah sekali untuk bangun, maka dg MARAH ayahnya menarik tangan anaknya tersebut dengan keras yang kemudian terlepaslah tulangnya…
Inilah salah satu dampak buruk dari MARAH yang sering mengakibatkan penyesalan sepanjang waktu. Maka hindarilah saudaraku….
Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang maknanya) bahwa orang terkuat diantaramu bukanlah orang yang jago/pandai bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika dia sedang marah.
Serta larangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya “Janganlah engkau marah“. Subhanallah… Sesungguhnya akhir/ujung dari kemarahan hanyalah PENYESALAN.. dan penyesalan itu tiada artinya lagi..
Mengapa demikian ? Karena saat kita sedang marah, maka syetan sangat mudah mengontrol orang yang sedang marah.
Lalu, bagaimanakah cara mengatasi marah ???
Berikut ini adalah 3 point nasehat dari Syaikh Abdurrozak Hafidzohulloh tentang bagaimana mengatasi amarah (meredamnya) ketika kita sedang marah :
  1. Membaca Ta’awudz ketika sedang marah, yaitu “A’udzu billahi minas syaithonirrojim” (Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk)
  2. Jangan berbicara, khususnya ketika sedang puncak-puncaknya marah. Jangan berkata satu patah katapun, Diamlah… meski kita menganggap perkataan kita, yang akan kita ucapkan ketika sedang marah, itu baik.
  3. Jangan melakukan apapun, baik dengan tangannya, kakinya, kepalanya. Ketika sedang berdiri, maka hendaklah dia duduk. Jika marahnya masih belum reda, maka hendaknya dia berbaring. Mengapa demikian ? Agar orang yang sedang marah tersebut tidak mudah melampiaskan amarahnya kepada orang yg dia hadapi.
Hendaklah orang yg sendang marah merenungkan, apakah ia akan mengikuti syaitan dengan melampiaskan amarahnya atau kah mengikuti tuntunan Alloh ta’ala melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menahan marah ???
MasyaAlloh… Begitu MULIA nya ajaran ISLAM ini… Sangat sangat indah sekali jikalau setiap Muslim & Muslimah dapat mengamalkan ajarannya sesuai dengan ajaran & tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menambah & tanpa menguranginya sedikitpun…
Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bagus akhlaq-nya
Indahnya ISLAM… pelajarilah agama Islam ini dan janganlah menilai Islam dari sikap orang-orang Islam yang meninggalkan ajarannya…
Alhamdulillah… semoga Alloh senantiasa memberikan manisnya Iman kepada kita hingga akhir kehidupan kita & mewafatkan kita dalam keadaan khusnul khotimah… Aamiin.
Allohu a’lam..

Cara Mengurus Ijasah Yang Hilang

Sekedar sharing pengalaman saya menguruskan ijazah SD milik putra dari salah seorang teman saya.
Syarat-syarat pengurusan ijazah yang hilang :
  • Surat Permohonan dari Kepala Sekolah (Surat Keterangan)
  • Surat Keterangan dari Kepolisian (Surat Kehilangan) –> mengurus surat ini di (daerah/kota) tempat hilangnya ijazah
  • Foto Copy STTB
  • Foto Copy Induk Sekolah (FC. Buku Induk Sekolah, hanya bagian yang ada identitas siswa tersebut)
  • Foto Hitam Putih 2 lembar –> untuk nantinya di tempel di ijazah pengganti
  • Surat Pernyataan dari Siswa yang kehilangan
* Untuk jaga-jaga, sebaiknya buat rangkap 3 utk masing-masing fotocopy diatas
Contoh Format Surat Pernyataan dari Siswa yang kehilangan sbb :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama                                      : ……….
Tempat, Tanggal Lahir    : ……….
Alamat                                   : ……….
Nama Orang Tua                : ……….
Menerangkan bahwa telah kehilangan ijazah SD (SD Muhammadiyah 107 Surabaya) tahun ajaran 2007.
Demikian keterangan ini saya buat sesuai dengan apa adanya.
Surabaya, 17 Januari 2011
Hormat Saya,
…….tanda tangan disini……..
(Nama Siswa yg kehilangan)
Adapun Alur Pengurusannya sbb :
  1. Ke Sekolah (SD/SMP/SMA) asal untuk memenuhi persyaratan-persayaratan di atas
  2. Bawa persyaratan2 tersebut ke Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan (Dinas Cabang)
  3. Lalu ke Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten (utk ambil formulir, dll)
  4. Lalu ke Sekolah asal untuk mengisi Blanko Ijazah & minta tanda tangan kepala sekolah
  5. Minta tanda tangan ke Dinas Cabang (Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan)
  6. Minta tanda tangan ke Dinas Pendidikan Tingkat Kabupaten
  7. Tunggu Ijazah Keluar. Selesai
Oiya, selama pengurusan ini, Siswa yang bersangkutan tidak perlu ikut. Dan mengenai biaya, jika tidak diminta maka ga usah dikasih… tetapi jika diminta, maka tanya aja langsung berapa biaya yang diminta.
Pengalaman saya mengurus ini, biaya itu diminta ketika Dinas Cabang (klo tdk salah diminta 3.000 rupiah) dan ketika ambil Formulir (lebih tepatnya Blanko Ijazah Pengganti) di Dinas Pendidikan Kabupaten tp yg ini saya ga tau biayanya krn kebetulan teman saya yg mengambilkan.
Semoga bermanfaat…

Sumber : Email

Doa Saat Taziyah

Berikut ini adalah do’a yang diucapkan seorang muslim kepada saudaranya yang sedang ditimpa musibah kematian salah seorang keluarganya (do’a Ta’ziyah) sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (diambil dari Hisnul Muslim) :

إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى…فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

“Sesungguhnya bagi Allah apa yang Dia ambil dan baginya pula apa yang Dia berikan. Segala sesuatu baginya ada memiliki masa-masa yang telah ditetapkan, hendaklah kamu bersabar dan mohon pahala (dari Allah)“.[1]
Baik juga jika ditambah dengan ucapan berikut:

أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ

“Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan kamu bisa berkabung dengan baik serta mayatnya diampuni oleh Allah“.[2]

[1]. HR. Bukhari: 2/80, Muslim: 2/632. [2]. HR. Bukhari: 2/80, Muslim: 2/636. Lihat Al Azkar LinNawawi, hal. 126

Doa Saat Sedih Dan Gundah

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِـيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِـيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي، وَنُوْرَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي


“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, ubun-ubunku (nasib-ku) ada di tangan-Mu, telah lalu hukum-Mu atasku, adil ketetapan-Mu atasku, aku mohon kepada-Mu dengan perantara semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib disisi-Mu. Jadikanlah Al Qur’an sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku dan pengusir keluh kesahku“.[1]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan rasa sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dari cengkraman utang dan laki-laki yang menindas-(ku)“.[2]

[1]. HR. Ahmad: 1/391, dishahihkan oleh Al Al Bani.
[2]. HR. Bukhari: 7/158, “Adalah Rasulullah banyak (membaca) doa ini, lihat Bukhari dalam Fathul baari: 11/173.