Pages

Rabu, 10 Oktober 2012

BANGKIT DAN BERUSAHALAH


Suatu hari saya berdiri di tepi sebuah sungai. Saya melihat sebuah perahu-perahuan dari kertas tenggelam. Benteng-benteng dari pasir basah —yang dibangun anak-anak sehari sebelumnyapun tumbang. Setiap hari, perahu-perahu tenggelam dan benteng-benteng tumbang.
Seorang wanita datang menemui saya. Tak satupun impian-impiannya terwujud. Sehingga ia kehilangan segenap gairah hidupnya. Ia bahkan berniat bunuh-diri. Segalanya tampak sia-sia saja baginya. Sepasang matanya kelihatan tenggelam di dalam lekuk-matanya.
Saya berkata, “Siapa sih yang semua impian-impiannya terpenuhi? Semua impian pada akhirnya hanya mendatangkan kesedihan, karena, walaupun seandainya perahu-perahu kertas berlayar, seberapa jauh sih ia mampu berlayar?
“Impian-impian itu tidak salah: secara alamiah impian memang tiada ter-realisasikan. Kitalah yang keliru: bermimpi, tidur. Dengan hanya tidur, kita tak bisa mencapai apapun. Dalam jaga, kita melihat apa yang kita sangka telah kita capai, ataupun tak kita capai.
“Alih-alih melihat impian-impian, lihatlah kesujatian. Lihatlah ‘yang ada’. Ini mengantarkan pada kebebasan. Hanya perahu inilah yang nyata. Perahu ini sajalah yang akan mengantarkan Anda pada pemenuhan tertinggi dari kehidupan Anda.
“Di dalam impian-impian ada kematian; di dalam kesujatian ada kehidupan; hadirnya impian-impian berarti tidur, dan kesujatian berarti sepenuhnya terjaga. Bangkit dan sadarilah diri!
“Selama pikiran bermimpi, yang melihat impian-impian itu tidak sepenuhnya terlihat. Hanya yang melihatnyalah Yang Sejati. Hanya yang melihatnyalah ‘yang ada.’ Segera setelah kita menyadari ini, kitapun bisa menertawai perahu-perahu yang tenggelam dan benteng-benteng yang runtuh itu.”
~ Osho; “Seeds of Wisdom”.

ANTARA KITA DAN TUHAN


Salah satu fakta yang luar biasa menggetarkan, adalah bahwa Tuhan telah menempatkan kita sebagai khalifah-Nya, dengan kuasa dan kebebasan untuk memilih. Melalui pilihan kita, terciptalah segenap peristiwa dan benda. Ketika kita memilih untuk memadukan air dan tanah liat, terciptalah gerabah. Ketika kita memilih untuk menebar kasih sayang dan toleransi, terciptalah perdamaian dunia. Ketika kita memilih untuk mendisplinkan mental dan melakukan hanya tindakan yang terbaik, maka kita tengah mencipta masa depan yang gemilang.

Setiap detik, terjadi proses penciptaan. Kita selalu menjadi bagian dari proses penciptaan itu. Kita menjadi satu pihak, dan Tuhan menjadi pihak lainnya. Ya, Dia telah melimpahkan keistimewaan kepada kita untuk menjadi mitra-Nya.

Sayangnya, banyak di antara kita yang keliru dalam menempatkan posisi. Sebagian menempatkan dirinya sebagai pencipta tunggal dalam setiap kelahiran setiap karya dan perwujudan satu keadaan. Sementara lainnya memandang dirinya sama sekali tak punya tempat dalam proses penciptaan itu; sama dengan seonggok batu yang tak punya kuasa untuk memilih masa depan dan menciptakan keadaan dirinya sendiri.
Keyakinan yang pertama, menempatkan seseorang dalam kesombongan. Dia merasa Tuhan telah selesai bertugas; sekarang alam semesta adalah panggung bagi dirinya semata. Akhir kehidupan dari sosok seperti ini, adalah kenestapaan sebagaimana sosok Firaun. Sementara keyakinan yang kedua, menempatkan seseorang dalam keadaan tanpa daya. Orang semacam itu sama dengan telah membunuh dirinya sendiri; menjadikan dirinya sendiri sebagai benda mati.

Saya percaya Anda tak akan memilih dua posisi itu, melainkan posisi sebagai mitra Tuhan dalam penciptaan. Dalam posisi ini, kita menciptakan sebagian, Tuhan menyelesaikan sisanya. Dalam mencipta sebuah gerabah misalnya, kita berperan mencampurkan air dengan tanah liat dan membentuknya. Sementara kuasa Tuhanlah yang membuat tanah liat bisa dilunakkan oleh air, kemudian adonan tanah liat dan air itu bisa dimatangkan oleh api dan dikeringkan sinar matahari. Begitulah, ketika kita bekerja, Tuhanpun bekerja.

Sungguh indah, jika kesadaran bahwa kita terus bekerjasama dengan Tuhan menciptakan setiap hal, termasuk mewujudkan impian masa depan, tumbuh dan mengakar di dalam diri kita. Itulah yang akan menjadikan diri kita sebagai pribadi fenomenal, dengan karya dan persembahan istimewa di muka bumi.

PENGEN KETEMU TUHAN



“Kamu tahu, Kawan? Siapa yang paling ingin aku temui saat ini?”
“Siapa?”
“Tebak dong!”
“Doraemon?”
“Bukan.”
“Bakabon?”
“Bukan.”
“Tak tahu lah. Setahu aku cuma mereka yang kau suka.”
“Tuhan...”
“Haah...?“
“Iya, aku ingin bertemu Tuhan.”
“Gila kamu!”
“Kenapa gila? Kamu tahu siapa yang menciptakan dunia?”
“Tuhan.”
“Kamu tahu siapa yang menciptakan manusia?”
“Tuhan.”
“Kamu tahu siapa yang menciptakan Doraemon dan Bakabon?”
“Itu manusia, tolol!”
“Oh ya? Jadi bukan Tuhan?”
“Tolol!”
“Tapi kamu tahu betapa hebatnya Tuhan?”
“Tolol! Tanpa kau bilang, aku juga tahu Tuhan itu hebat. Lagi pula bisa masuk neraka aku kalau menyangkalnya.”
“Jadi kamu setuju sama aku, kan?”
“Tolol! Kamu tahu bisa masuk neraka aku kalau tak setuju.”
“Bagus, berarti aku benar‐benar harus bertemu Tuhan...”
“Shalat lah kau!”
“Apa kau bilang?”
“Kau bilang ingin bertemu Tuhan. Shalat lah, berdoa pada‐Nya. Minta semua yang kau inginkan, Kawan...”
“Benarkah? Apa kau yakin Tuhan akan memberikannya?”
“Tuhan pasti mendengarkan doa orang baik.”
“Apa aku cukup baik?”
“Entahlah, kau coba saja sendiri.”
“Tapi apa itu shalat?”
“Tolol!!!”
“Aku sudah mengerti gerakan shalat, Kawan.”
“Baguslah...”
“Aku juga sudah berdoa pada Tuhan.”
“Baguslah.”

“Tapi kau bohong.”
“Kenapa?”
“Kau bilang jika aku shalat aku bisa bertemu Tuhan.”
“Haha... Tolol!”
“Kenapa?”
“Mati dulu sana kalau kau benar‐benar ingin bertemu Tuhan.”
“Benarkah?”
“Tolol, sedang apa kamu di situ?”
“Aku mau bertemu Tuhan, Kawan...”
“Tolol, bisa mati kamu!”
“Memang. Bukankah kemarin kau yang bilang, kalau aku mati aku bisa bertemu Tuhan. Oh ya, ada pesan yang ingin kau titipkan?”
“Gila kamu!”
“Sampai juga lagi, Kawan...”
“Hei tunggu...”
“Ada apa lagi, Kawan?”
“Kamu pikir aku serius, hah?”
“Apa maksudmu?”
“Sudah kau turun dulu. Nanti aku beritahu cara bertemu Tuhan.”
“Apa? Jadi ada cara lain?”
“Iya. Turunlah...”
“Apa kau serius?”
“Iya. Turunlah...”
“Oke...”
“Kenapa kamu begitu tolol, Kawan?”
“Sudah berapa kali kau bilang aku tolol, hah?”
“Kau tahu kalau sampai kau mati, Tuhan takkan sudi menemuimu.”
“Benarkah?”
“Ya, mayatmu akan gentayangan. Kau akan jadi hantu!”
“Tapi kemarin kau yang bilang begitu.”
“Ya, memang kalau kau mati kau bisa bertemu Tuhan. Tapi bukan dengan cara begitu. Itu sama saja kau bunuh diri. Kau tahu, Tuhan paling murka dengan mati bunuh diri.”
“Begitukah?”
“Ya...”
“Aku punya ide, Kawan!”
“Aku yakin ide tolol.”
“Kau bunuh saja aku, Kawan!”
“Gila!”
“Kenapa? Aku kan tidak bunuh diri...”
“Iya, tapi aku yang rugi.”
“Hmmm.. aku ada ide lain.”
“Aku tak mau dengar ide tololmu...”
“Lihat. Kau lihat si Gendut itu, Kawan. Aku akan mengejek dan memukulnya hingga ia kesal. Lalu aku terus mengejek dia hingga ia tak tahan. Ia pukul aku. Tapi tak aku lawan. Aku akan menyerahkan kematianku di tangannya.”
“Kau sudah benar‐benar gila, ya?”
“Tapi kau kan tak rugi kawan. Lagi pula, si Gendut itu pantaslah rugi sedikit agar pikirannya tak terlalu senang, dan perutnya bisa kurusan...”
“Kau pikir Tuhan tidak melihat, hah? Asal kau tahu, Tuhan sedang memata‐matai kita. Ia sedang mengikuti dan melihat kita.”
“Apa? Benarkah? Jadi dari tadi Tuhan melihat kita?”
“Bukan dari tadi, tapi dari dulu, tolol!”
“Lalu di mana Dia? Kenapa Dia bersembunyi? Ah kau pasti menipuku lagi...”
“Aku serius, Kawan.”“Benarkah? Kau tahu di mana Dia? Kau yang menyembunyikannya?”
“Ya Tuhan, ampunilah kawanku yang tolol ini...”
“Hei, sekarang kau bicara pada‐Nya! Ayo katakan di mana kau menyembunyikan‐Nya?”
“Dia ada di sini, tolol. Dia ada di depan kita. Dia ada di belakang kita. Dia ada di bawah kita. Dia ada di atas kita. Dia ada di kanan kita. Dia ada di kiri kita. Dia ada di mana‐mana...”
“Hah, jangan kau pikir aku tolol!”
“Memang kau tolol!”
“Oke, aku percaya. Jadi apa cara lainmu itu agar aku bisa bertemu Tuhan?”
“Mana aku tahu?”
“Jadi kau membohongi aku?”
“Aku menyelamatkanmu, tolol! Aku kan sudah bilang kau tak akan bisa bertemu Tuhan kalau kau mati bunuh diri. Kau tak perlu buru‐buru, Tuhan sudah punya jadwal kapan akan menemuimu. Ia sudah menentukan itu.”
“Jadi maksudmu, aku harus bersabar?”
“Bukan cuma bersabar, kau harus beriman. Kau harus beribadah. Terutama shalat...”
“Tapi aku tidak yakin, Kawan...”
“Kenapa? Kau meragukan Tuhan?”
”Aku cuma tahu gerakan shalat. Aku tidak tahu bacaan shalat. Kamu tahu, aku seperti sedang senam. Mana mungkin dengan hanya senam doaku dikabulkan?”
“Ya, belajarlah. Tuhan suka orang yang mau belajar. Jangan lupa kau berdoa.”
“Aku juga tidak yakin, Kawan...”
“Kenapa?”
“Aku tidak bisa bahasa Arab...”
“Kau pikir Tuhan orang Arab?”
“Tapi bagaimana kalau sampai lusa ia tidak datang? Bagaimana kalau doaku tak dikabulkan? Apa jadinya aku, Kawan?”
“Lusa? Memangnya kau minta apa sama Tuhan?”
“Aku terancam tidak naik kelas empat, Kawan. Aku ingin Tuhan menambahkan sedikit garis di angka empat di raporku agar berubah jadi sembilan.”“TOLOL!!!”

SURGA ITU NYATA

Dr Eben Alexander mengajar di Harvard Medical School dan memiliki reputasi yang baik sebagai seorang ahli bedah saraf. Meski dia menyebut dirinya menganut agama Kristen, namun ia tak pernah benar-benar mempercayai adanya kehidupan setelah kematian.

Namun setelah sepekan koma pada musim gugur 2008, ketika neokorteksnya berhenti berfungsi, Alexander mengklaim bahwa ia mengalami kunjungan ke alam baka, terutama surga.

"Menurut pemahaman medis otak dan pikiran, saya tak mungkin mengalami pengalaman apapun saat koma, apalagi perjalanan yang sangat jelas dan koheren seperti yang saya alami," tulis Alexander dalam laporan utama Newsweek edisi pekan ini. Jadi seperti apa surga?

Menurut Alexander, ia pertama menemukan dirinya mengambang di antara awan-awan sebelum menyaksikan, "mahluk transparan yang berkilat terbang menembus langit, meninggalkan jejak garis seperti bekas jejak pesawat di belakangnya."

Ia kemudian dikawal oleh sosok perempuan dan berkomunikasi dengan mahluk-mahluk ini dengan metode korespondensi di atas bahasa. Pesan yang ia terima adalah,
"Anda dicintai dan dihargai, disayangi, selamanya."
"Anda tak perlu takut."
"Tak ada hal salah yang Anda lakukan."

Dari situ, Alexander mengklaim ia melakukan perjalanan menuju "sebuah kekosongan, sangat gelap, ukurannya tak terbatas, tapi juga sangat membuat nyaman." Dia percaya kekosongan ini adalah rumah Tuhan.

Setelah pulih dari koma akibat meningitis, Alexander merasa ragu untuk berbagi pengalamannya ini dengan para koleganya, namun ia menemukan rasa aman di gereja. Ia pun menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku, "Proof of Heaven: A neurosurgeon's journey into the afterlife," yang akan diterbitkan akhir Oktober.

"Saya masih seorang dokter, dan masih sama percayanya pada ilmu pengetahuan seperti sebelum pengalaman saya itu," tulis Alexander. "Namun dalam tingkatan yang lebih dalam, saya adalah orang yang sangat berbeda dari saya dulu, karena saya menangkap sekilas dari gambaran realita ini. Dan Anda bisa percaya pada saya jika saya bilang semuanya akan terbayar, dan buat mereka yang hidup sesudah kita, untuk melakukan hal yang benar."

DOA MOHON AMPUN


Jangan pergi......!
Ku tlah menunggumu begitu lama
Mengapa harus kau tinggalkan Aku lagi....
Apa mesti aku menunggumu lagi...?

Masih banyak cerita yang belum ku ucap
masih menumpuk kisah yang belum kau dengar
masih segudang rindu yang belum ku sampaikan
masih....masih banyak hal yang belum kau tahu

Tentang rumah ini
Tentang halaman ini
tentang diri ini
tentang lingkungan ini

Apa kau tak mau tahu ?
Apa kau sudah tak mau peduli?
Apa kau tak mau terlibat lagi ?
Apa kau tak punya rasa lagi ?

Kau.... Mungkinkah aku berdiri sendiri lagi...
meski ku mampu...
Kau ... Mungkinkah Aku berjuang sendiri lagi....
meski ku dapat

Ya Allah Rabbil Izati...
Maafkan Hamba, bukan maksud Hamba melupakan-Mu
Meski Engkau selalu ada dalam hidupku
Tapi aku rindu kebersamaan itu...

TANGISAN GADIS KECIL


Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaha illallah, wallahu akbar
Ya Allah, Ya Allah..

Tak henti-hentinya gadis kecil itu menyebut-nyebut nama Rabbnya
Gadis kecil itu menangis dalam dzikirnya, dalam kesendiriannya.. sungguh indah,

Aku sangat kagum pada gadis kecil itu, kusebut ia gadis kecil.. karena ia layaknya gadis kecil yang bersih dari dosa karena keikhlasannya yang tak pernah ia ucapkan namun dapat terlihat dari sorot matanya.

Gadis kecil itu sungguh rindu pada Tuhannya.. ia begitu mencintai tuhannya, yang masih memberinya nafas, Lisan yang masih fasih dalam bacaan Al-Qur’annya, ilmu yang begitu berharga, keluarga yang bahagia, teman-teman yang menjaganya dalam iman,  ia bahkan tak bisa mengucapkannya satu per satu..

Allahu Allah… A…A….Allah.. ucapannya yang merdu terbata-bata, tetesan air matanya jatuh membasahi helai hijab yang menutupi seluruh tubuhnya..
Membuatnya seperti bidadari dunia yang memancarkan cahaya iman.. begitu beruntungnya ia,

Aku seketika ingat tentang beberapa kata indah~
“jika engkau mengingat Allah, maka Allah akan mengingatmu lebih darimu mengingatnya.. dan begitu pula jika engkau melupakannya..”

Gadis kecil itu sungguh perhiasan yang sangat langka, dan sangat mahal pula harganya!


Gadis kecil itu pasti akan sangat gembira ketika kelak di hari saat semuanya dipersaksikan di hadapan Rabbnya.. debu-debu yang menempel di hijabnya, sajadah tempat ia khusyuk mengingat Sang Rabb, bahkan tiap tetesan air matanya berkata bahwa gadis kecil ini suka menghias waktunya dengan mengingatMu ya Rabb, Menangis karenaMu, Menikmati kesendiriannya karenaMu…

Subhanallah,
Gadis kecil itu pasti akan sangat gembira, atau mungkin lebih,

Aku seketika ingat tentang hadits:
Dari Abu Hurairah r.a, Nabi s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Tujuh golongan manusia yang dilindungi Allah di bawah bayangan-Nya (di akhirat nanti), pada hari itu tidak ada sebarang teduhan selain bayangan arasy-Nya. Mereka itu ialah (1) pemimpin yang adil; (2) pemuda yang terdidik (dibesarkan) dalam ibadat kebaktian kepada Allah; (3) Orang yang hatinya sentiasa berpaut rapat dengan masjid; (4) dua orang yang berkasih sayang karena (agama) Allah, bertemu dan berpisah untuk keredaan-Nya; (5) lelaki yang dipujuk wanita cantik lagi hartawan (bagi memenuhi nafsunya) tetapi dia menolak dan berkata aku takutkan Allah; (6) orang yang berderma secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak sadar apa yang didermakan oleh tangan kanannya; (7) dan mereka yang senantiasa menyebut (mengingati) Allah dimasa keseorangan (kesunyian), maka berlinanganlah air matanya. ”(Riwayat Syaikhan)

AYO KITA TAUBAT


Kecerdasanmu akan mengantarmu untuk segera bertaubat, tapi hawa nafsumu berdiri menghalangi jalanmu. Keduanya akan selalu bertarung memperebutkan jiwamu. Bila engkau membekali dirimu dengan pasukan tekad, niscaya musuhmu lari menjauhimu.

“(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab: “Masih adakah tambahan?” Q.S Qaaf : 30

Maka pujilah Tuhanmu, wahai hamba-hamba Allah, karena ia telah memanjangkan usia kita sehingga dapat mengetahui kalimat yang sarat dengan hikmah ini, kita tidak dapat membayangkan bila saja Allah mencabut nyawa kita saat ini. Bagaimanakah kita akan sanggup menengadahkan wajah kita di hadapan Allah, kalimat apa yang layak kita ucapkan, dan amal unggulan apa yang dapat kita banggakan di hadapan-Nya ?

Wahai kalian yang tertipu dengan gemerlap dunia, bangkit, dan sadarlah
Segala yang kau butuhkan telah berlalu bersama dengan kafilah yang membawanya
Bila engkau telah berbuat dosa, bangkitlah dan mintalah ampun
Kepada yang Maha Mulia yang menerima taubat setiap hamba-Nya
Bangkitlah kepada Tuhanmu yang Maha Agung dengan penuh harap
Yang senantiasa mengampuni dosa hamba-Nya di malam hari yang ia lakukan pada siang hari.
(Cat.kaki : Min Washaya Rr-Rasul, Daar Al-‘Itisham)

Saudaraku-saudaraku tercinta.. pernahkah kita melakukan taubat nasuha kepada Allah ? Alangkah indahnya bila seorang di antara kita bersimpuh di hadapan Allah sebagai hamba yang bertaubat dan menyesali segala perbuatannya itu. Menundukkan kepala sembari menengadahkan tangannya, memohon kepada Allah dengan penuh harap dan cemas, air matanya mengalir basahi pipinya seraya berkata:

Wahai Tuhanku, adakah selain kelembutan-Mu sebagai tempatku bersandar
Yang Semoga di depan pintunya tidak terusir
Wahai Tuhanku, curahkan taubat-Mu untukku sebagai Utang bagiku,
Dan kemuliaan wajah-Mu sebagai saksinya
Engkaulah yang Maha Tahu keadaan setiap hamba-Mu, bahwa dia sungguh
Berada dalam belenggu dosa yang teramat berat baginya meninggalkannya
Engkaulah yang menjawab setiap permohonan yang datang pada-Mu
Engkaulah yang menolong setiap orang yang meminta pertolongan
Dari laut manakah kami dapat meneguk airnya selain lautan milik-Mu
Masihkah ada pintu selain pintu-Mu sebagai tempat yang kami tuju
(Cat.kaki Tahdzib Mau’izhatul Mu’minin)

Kita harus memaklumatkan pertaubatan kita yang ikhlas kepada Allah yang Maha Mulia. Bersegeralah kalian, wahai saudaraku, jangan berpasrah diri.. cepatlah! Dan jangan ketinggalan!
Alangkah sia-sianya ia yang menghilangkan malam dan hari-harinya
Alangkah menyesalnya ia yang tergelincir dari jalan-Nya dengan keburukan dosa-dosanya
Alangkah meruginya ia yang menjadikan jual belinya adalah dosa
Alangkah menyesalnya ia yang tidak bertaubat kepada yang Maha Tahu terhadap alam ghaib
Bagaimanakah keadaannya kelak pada saat orang-orang jujur itu berlomba memasuki syurga?
Dan ketika ia terusir, sementara orang-orang mukhlis itu mendekati-Nya
Betapa besarnya kerugian di hari keabadian itu,
Penyesalan dan kesedihan tak terputus pada hari perpisahan itu, bangkitlah kalian, semoga rahmat Allah tercurah untuk kita semua.
Apabila engkau diseru oleh seseorang maka dengarlah!
(Cat.kaki Al-mau’izhatul Hasanah, Ibnul Jauzi)

Wahai saudaraku : cobalah renungkan mereka yang sedang melalui perjalanannya, dimanakah kelak mereka akan menepi? Ingatlah tatkala mereka diinterogasi dan ditanya! Ketahuilah bahwa saat kalian diusir, maka mereka pun terusir, alangkah rindunya bia saja mereka diterima setelah kehidupan mereka itu berakhir:

Aku tanyakan negeri itu agar ia katakan padaku
Tentang penghuninya, apakah yang telah mereka lakukan ?
Ia katakan padaku : mereka telah menetap berhari-hari disini, namun mereka telah pergi
Aku katakan : dimanakah mereka dapat kutemukan ? Dan tempat tinggal apakah yang mereka diami ?
Ia berkata : mereka kini dalam kuburnya, dan telah memperoleh dari Allah atas apa yang mereka lakukan dahulu
Demi Allah, mereka adalah kaum yang tertipu oleh angan-angan
Hingga kematian itu datang merenggutnya dengan cepat
Mereka terbiasa menunda amalan, dan tinggallah bersama hari-harinya
Dengan hanya berbicara tanpa pembuktian
Dalam lembar catatan mereka hanya tertulis perbuatan buruk dan dosa semata
Mereka tak dapat menyalahkan siapapun
Bagi mereka tempat kembali, dan tak ada tipu daya
Hanya penyesalan dalam kubur mereka
Tak berguna segala apa yang mereka peroleh dahulu
(Cat.kaki Al-Mudhisy, Ibnul Jauzi)

Yahya bin Mu’adz berkata : “Yang menghalangi seseorang dari bertaubat ialah, panjangnya angan-angan. Adapun tanda-tanda orang yang bertaubat ialah: mengucurkan air mata, senang ber-khalwat, dan memuhasabah diri saat ditimpa kesedihan.” (Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi)

DOA TAUBAT


Yaa Allah...
Maafkanlah segala kekuranganku.
Engkau Maha tidak memerlukan dari menyiksaku.
Karena sesungguhnya semua dosa-dosa ku tidak merugikan-Mu.
begitu pula semua ketaatanku tidak menguntungkan-Mu”Yaa Allah...,
pindahkan aku dari hinanya maksiat kepada kemuliaan Taat!
Ya Allah,
Walaupun aku begitu jauh dari hamba-hamba Mulia Pilihan-Mu,
Hamba Mohon…
kokohkanlah kakiku untuk melangkah dijalan-Mu…
Kokohkan Jiwa dan hati-ku
untuk menggapai Ridha-Mu,
Kokohkan Iman-ku sampai akhir nanti…

YA ALLAH
Yang Maha Mulia,muliakanlah kami dengan ketakwaan…

Ya Rabb…
Aku bersimpuh dihadapan-Mu
Aku memohon dengan kemulian-Mu atas kehinaanku
agar engkau mengasihiku

Aku memohon dengan kekuatan-Mu atas kelemahanku
Ketidakbutuhan-Mu atas ku dan Kebutuhanku atas-Mu
Inilah wajah yang pembohong dan pendosa dihadapan zat-Mu
Hamba-MU selainku banyak,
sedang aku tidak memiliki Tuhan selain-Mu
Tak ada tempat kembali
Tak ada yang bisa menyelamatkan ku
Selain penyelamatan dari MU

Aku memohon dengan permohonan orang miskin
Aku berzikir kepada-Mu dengan zikir orang yang rendah hati dan Hina
Aku memohon kepada-Mu
dengan permohonan orang yang takut dan sakit
Sebuah permintaan dari orang yang dirinya merendahkan diri pada-Mu

Saat ini aku mengadu pada-Mu
Merintih di haribaan-Mu
Untuk hatiku yang kelam…
Untuk Jiwaku yang sakit…
Untuk dosa-dosaku dimasa lalu,
sekarang dan yang akan datang

Ya Rabb…
Ampuni dosa-dosaku
Bersihkan hati ini….
Sucikan jiwa ini…
Tentramkan batin ini…
Singkapkan tabir antara Engkau dan Aku ..

Ya Allah…
Aku takut….
Aku Gamang …
tentang masa depanku…
Aku tidak kuat azab-Mu
Bila kelak hari perhitungan itu datang
Saat Engkau menegakkan keadilan-MU
Bagaimana aku menghadap-MU?
Bahu ini tidak akan sanggup memikul dosa-dosa
Akibat kezalimanku

Yaa Rabb…
Andai waktu masih ada
Di sisa usia ini ….
Aku bertobat pada-Mu
Agar ringan kaki melangkah Menghadap-Mu
Aku ingin Engkau tersenyum Menyambutku…
Merangkulku dengan kasih-Mu …
Membelaiku dengan Cinta-Mu
Merindukanku seperti saat ini aku Merindukan-Mu
Senyuman dari Sang Maha Pengasih…

Ya Rabb Hamba kembali….
Hamba kembali ke jalan-Mu

YA ALLAH… YA Tuhanku,
sungguh dosa-dosaku hari ini
dan hari yang telah lalu berlimpah.
Hamba tidak kuasa menghitung
dan menjumlahkannya
Hamba tidaklah kuat untuk menerima azab neraka
Juga tidak mampu bersabardan tidak pula tabah atasnya.
Maka lihatlah wahai TUHANKU pada kelemahan hamba dan kehinaan hamba
Jangan biarkan hamba merasakan panasnya neraka pada esok hari (kiamat)“

Ya Tuhanku ,
tak layak bagikumenghuni surga Firdaus-Mu,
namun aku tak kuat bila menempati neraka Jahim.
Maafkanlah semua kesalahanku
dan ampunilah semua dosaku
karena hanya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa yang besar dan yang kecil.

Ya Allah
Seandainya ini adalah hari terakhir hidup-ku
maka terimalah taubat-ku ini karena begitu banyak dosa yang telah kulakukan

MALU



rasa malu nampaknya sudah menghilang dari hati kita akhir-kahir ini

lihatlah bagaimana para pemimpin tidak malu lagi saat mereka berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya
atas nama globalisasi dan untuk memenangkan persaingan bisnis, para pengusaha tak malu menyunat upah buruh
bahkan para buruh tidak diperlakukan selayaknya manusia

atas nama globalisasi para wanita tidak lagi malu mengumbar aurat
kemana-mana mengenakan celana /rok pendek
membiarkan mereka dinilai seenaknya oleh orang lain

tanpa rasa malu para orang kaya memakan hak orang miskin
mengambil hak kaum papa...para yatim hanya untuk mempertahankan dan menambah kekayaan mereka

menurut Al Naisaburi, salah seorang tokoh sufi, menyebutkan malu itu ada beberapa macam
pertama, malu karena pelanggaran, seperti malunya Adam AS karena melanggar perintah Allah

kedua, malu karena merasa kurang, semisal malunya para malaikat lantaran penyembahan mereka kepada Allah tidak sebagaimana layaknya Allah harus disembah

ketiga, malu karena sikap penghormatan, sebagaimana malaikat Israil kepada Allah sehingga ia melipat sayapnya

keempat, malu karena kemuliaan hati. ini dicontohkan Rosulullah SAW

kelima, malu karena segan
keenam, malu terlampau kecilnya masalah, seperti saat Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah untuk hal sederhana, sehingga Allah menjawab "Mintalah kepadaKu sampai ke adonan roti pun atau jerami untuk makan domba-dombamu"

ketujuh, malu sifat memberi kenikmatan. ini malunya Allah SWT. saat pembagian buku catatan amal nanti ada seseorang yang dalam buku catatannya diberi stempel dan setelah melewati jembatan dalam bukunya tiba-tiba ada catatan
"engkau telah melakukan dosa ini dan itu. Aku (Allah) malu menunjukkan kepadamu. Oleh karena itu pergi sajalah dan Aku (Allah) mengampunimu"

dari beberapa macam malu di atas jelaslah bahwa malu adalah sifat mulia yang dicontohkan sebagai tuntunan akhlaq mulia oleh malaikat, Nabi, Rosulullah dan para sahabat bahkan perwujudan kasih sayang Allah

lalu jika kita yang sudah mengesampingkan rasa malu dari hidup
kemanakah akhlaq kita?
tidak malukah kita mengaku ummat Rosul
tidak malukah kita mengaku hambaNya
pelihara malu akan baik bagi hidup kita

TAUBAT


taubat artinya kembali, maksudnya kembali dari segala yang tidak terpuji menurut syariat
taubatnya orang yang pernah berbohong adalah bersikap jujur
taubatnya orang yang berprasangka buruk adalah slalu berprasangka baik
taubatnya orang durhaka para orang tua adalah berbakti pada mereka

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Tahriim ayat 8)

".....Taubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang beriman agar kalian menggapai keberuntungan...." (penggalan QS An Nuur ayat 31)

kenapa harus bertaubat? karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat

".....Sungguh Allah itu cinta kepada orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan diri" (penggalan QS Al Baqarah ayat 222)

kita kan ingin dicinta Allah, maka wajiblah bertaubat
Rosulullah bertaubat selalu setiap hari
"Hai manusia, bertaubat, dan minta ampunlah kepada Allah, sesungguhnya, saya bertaubat tiap hari 100 kali" (HR Muslim)

nah Rosul saja yang sudah pasti surga baginya selalu bertaubat
kita belum tentu masuk surga, maka bertaubatlah
karena Allah selalu menerima taubat hambaNya yang bersungguh-sungguh
sebelum terlambat!!