Anak adalah suatu anugerah dari Allah
SWT. yang tidak ternilai, tetapi apakah sempat terpikir oleh kita semua
bahwa anugerah tersebut dapat menjadi suatu bencana bagi kita? Hal itu
bisa saja dan pasti akan terjadi apabila kita sebagai orang tuanya tidak
dapat menempatkan anugerah tersebut dengan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, marilah kita sama-sama merenungkan hal berikut ini.
Allah mengingatkan kita dengan firmannya yang berbunyi sebagai berikut :
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
QS. Al-Anfal (8) : 28
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
QS. At-Taghabun (64) : 15
Dari kutipan ayat diatas kita dapat
menyimpulkan bahwa anak yang dikaruniakan atau lebih tepatnya dititipkan
kepada seorang orang tua adalah merupakan suatu cobaan ataupun suatu
ujian bagi mereka (orang tua). Allah SWT. menjanjikan pahala yang besar
bagi mereka yang lulus atau dapat melalui ujian tersebut dengan baik.
Dan juga sebaliknya apabila mereka tidak lulus ataupun gagal dalam
menyelesaikan ujian tersebut, maka Allah SWT. pun akan meminta
pertanggung jawaban mereka atas kegagalan dalam menempuh ujian yang
diberikan-Nya.
Seorang anak dapat diibaratkan bagaikan
lembaran kertas yang putih, apabila si penulis menuliskan tulisan yang
baik dan indah serta ia pun berhati-hati dalam menuliskan kata-kata dan
ia pun tidak lupa untuk menjaga kerapihan tulisannya tersebut, maka
setiap orang yang melihatnya akan merasa senang, simpatik dan senantiasa
terarik untuk membaca tulisan itu lebih lanjut. Sebaliknya apabila
kertas putih tersebut ditulis dengan tulisan yang tidak baik serta
ditulis secara sembarangan dan terlebih lagi apabila si penulis tidak
berhati-hati dalam menulis sehingga kertas yang putih itu menjadi lusuh
dan kusam dengan noda tinta yang tertumpah dimana-mana, maka orang pun
merasa enggan untuk melihat karena hilangnya rasa simpatik terhadap
penampilannya, apalagi untuk membaca tulisan yang tertulis didalamnya.
Dapat dipastikan bahwa yang pertama kali akan dinilai orang lain adalah
si penulis kertas tersebut, yaitu orang tuanya.
Bagaikan ladang yang kosong, bibit yang
ditanam adalah hasil yang akan dituai. Tidaklah mungkin apabila kita
menanam bibit padi yang akan menghasilkan kacang ataupun jagung.
Tentunya kita akan menuai hasil berupa padi, tetapi keunggulan padi
tersebut belum dapat kita pastikan tanpa penanganan yang baik terhadap
proses pematangan bibit padi tersebut selama ditanam. Maka dari itu
pilih dan tanamkanlah bibit yang benar-benar baik sehingga hasil yang
akan kita tuai adalah padi yang benar-benar berisi dan teruji
keunggulannya.
Di dalam Al-Quran pun dijelaskan
bagaimana cara untuk mendidik anak agar menjadi seorang anak yang saleh
dan sesuai dengan syari’at Islam.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
QS. Luqman (31) : 13
Dari ayat diatas, dapat dilihat bahwa
hal yang pertama kali diajarkan Luqman kepada anaknya adalah tentang
ke”tauhid”an Allah SWT. Ia menjelaskan bahwa menduakan Allah SWT.
(syirik) adalah suatu dosa yang teramat besar. Maka tanamkanlah suatu
pelajaran (bibit) kepada si anak tentang ke-esa an Allah SWT. dimana
pelajaran itu akan membuatnya percaya dan yakin bahwa hanya Allah yang
patut disembah. Apabila telah ditanamkan suatu iman yang kuat tentang
Allah SWT. dan ketentuan-Nya, maka Insya Allah anak yang telah dibekali
tersebut akan menjadi anak yang saleh dan berguna bagi orang tua serta
agamanya yaitu Islam.
Dengan demikian kertas putih itu akan
selalu terlihat indah dan menarik sehingga mengundang simpatik setiap
orang yang melihatnya. Untuk lembaran-lembaran berikutnya adalah tulisan
yang berisikan tentang Islam dan Ikhsan. Apabila bab demi bab telah
tertulis dengan indah dan rapih, maka suatu nilai kelulusan yang tinggi
akan diperoleh oleh si penulis (orang tua). Maka dapat dipastikan bahwa
orang tua tersebut telah berhasil melalui cobaan dan ujian dari Allah
SWT. yang senantiasa menitipkan dan mengkaruniakan anak untuk dijadikan
khalifah yang sangat bernilai di bumi ini.
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa.
QS. al-Furqan (25) : 74
catatan : Kita selaku orang tua dari
anak kita, namun jangan lupa bahwa kita juga merupakan anak dari orang
tua kita. jadi hasil ujian dari orang tua kita pun ditentukan oleh
perilaku kita, maka dari itu muluskanlah jalan mereka dengan melakukan
yang terbaik untuk hidup di jalan Allah…