Pages

Selasa, 02 Oktober 2012

BELILAH BENIHNYA

Seorang wanita bermimpi masuk ke sebuah toko baru di pasar, dan terkejut, menemukan Tuhan di belakang toko.

“Engkau menjual apa di sini?” ia bertanya.

“Apa saja yang menjadi keinginan hatimu,” kata Tuhan.

Hampir tak berani percaya apa yang didengarnya, wanita itu memutuskan minta hal-hal paling baik, yang mungkin diinginkan seorang anak manusia.

“Aku minta ketenteraman hati dan cinta dan bahagia dan bijaksana dan bebas dari sakit.” katanya, kemudian ditambahkan lagi, “Tidak hanya untuk saya. Untuk semua orang di dunia.”

Tuhan tersenyum. “Kukira, engkau menafsirkan Aku salah Nak...” kata-Nya. “Kami tidak menjual buah disini. Hanya bibit.”

Kita punya bibit, bermacam macam bibit, dan bibit itu akan tumbuh, bisa di ladang yang tandus, bisa di batu keras, bisa pula di lahan yang subur, Supaya kita bisa menuai buah yang baik, sebaiknya mari kita tanam bibit yang baik , dari dalam jiwa dan batin kita, dan mari kita tanam dim lahan yang bagus dalam jiwa dan batin kita pula, dan kita pula harus merawat, menyemai hingga bibit itu tumbuh dan berbuah. Barang siapa menanam , akan menuai. Memang tkadang manusia hanya ingin yg serba instant , mereka lupa jika kita wajib menanam ,memelihara juga memupuk dg penuh kesabaran u mendapatkan buah .

JEMBATAN MAAF


Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar sedemikian hebat. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan.

Namun kerja sama yang akrab itu kini retak. Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.

Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. "Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah. "Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan."

"Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ..ah sebetulnya ia adalah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami.

Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya." Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang."
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian.

Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya.

Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
"Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku." kata sang adik pada kakaknya.

Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. "Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.

"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan."

CINTA VS BENCI


Siapa sih yang tak ingin diperhatikan?
Siapa sih yang tak ingin dimengerti?
Siapa sih yang tak ingin disayangi?
Siapa sih yang tak ingin dicintai?

Perhatian,
pengertian,
kasih sayang,
cinta.

Kesemuanya itu sudah ada di dalam diri manusia,
kenapa tidak dipakai?
Kenapa tidak dibagi-bagikan?

Mendengar empat buah kata-kata itu,
apa yang Anda bisa rasakan?
Mendengarnya saja,
sudah menimbulkan kelegaan hati.
Apalagi melakukannya.

Kenapa di kesesakan bumi ini,
kalian menggantikannya dengan kata-kata ini?
Acuh tak acuh,
cuek,
emang gua pikirin,
benci,
iri hati,
dendam,
dengki,
sirik,
cemburu buta,
amarah,
dan lain sebagainya.

Mendengar ke 10 kata-kata itu,
apa yang Anda bisa rasakan?
Mendengarnya saja,
sudah menimbulkan rasa gak enak,
apalagi melakukannya.

Ingat...ingat...
manusia adalah makhluk "cinta"
Kalian gak bisa hidup,
tanpa cinta dari orangtua kalian.

Selama di dalam kandungan Ibu,
sampai Anda dilahirkan'
setelah itu dirawat,
dengan kasih sayang....

coba bandingkan
dengan calon bayi,
atau paska bayi
yang "dibuang"
Apakah mereka bisa hidup
sampai sekarang,
seperti kalian?

Sepantasnya manusia yang dirawat dengan
cinta kedua orang tua itu,
pasti tahu apa artinya
hidup dalam suasana
cinta,
sayang,
pengertian,
perhatian.

Kecuali dalam dirinya,
masih ada masalah kebencian,
yang tidak terselesaikan.

KERJA ITU IBADAH


Allah Maha Pemurah kepada setiap manusia, terlebih lagi kepada umat-Nya yang taat. Rezeki yang halal adalah salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Salah satu pintu rezeki yang dibukakan Allah untuk umat-Nya adalah melalui bekerja. Dengan bekerja, jalan rezeki yang akan diberikan Allah akan menjadi terbuka lebih mudah. Tetapi, kembali lagi kepada tujuan awal dan niat kita dalam bekerja.
Tanyakan pada diri kita, untuk apa kita bekerja? Untuk kelangsungan hidup, mendapat harta yang banyak, dapat hidup lebih makmur dan akhirnya dapat kesejahteraan dan masa depan yang cerah. Secara duniawi semuanya sudah tercapai, lalu bagaimana dengan urusan akhirat kita? Untuk mendapatkan dunia dan akhirat melalui aktifitas bekerja, kita juga harus melandasinya dengan ibadah.
Ibadah mana yang akan kita kaitkan dengan bekerja?
Niat, kita dapat mengawali suatu pekerjaan dengan niat yang ikhlas, yaitu dengan mengharap ridho Allah dan rezeki yang barokah.
Do’a, adalah senjata terhebat bagi seorang muslim, maka biasakan mengawali setiap kegiatan kita dengan berdo’a. Karena dengan berdo’a, Insya Allah setiap pekerjaan akan dipermudah dan diridhoi oleh Allah SWT. Lagipula rasulullah mengatakan bahwa manusia yang tidak ataupun mengabaikan do’a adalah manusia yang sombong. Bukankah Allah tidak membutuhkan kita, melainkan kita yang membutuhkan Allah?
Ikhtiar, dalam melakukan setiap pekerjaan hendaknya seorang muslim melakukannya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal. Dengan hanya mengharap ridho Allah dan tanpa mengharapkan pujian dari orang lain tentunya akan membuat setiap langkah kita menjadi lebih ringan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan ikhtiar, segala persoalan yang sulit Insya Allah dipermudah oleh-Nya.
     Tawakkal, setelah mengerjakan rangkaian diatas, seorang manusia yang pada hakikatnya tiada mempunyai daya dan upaya terhadap apapun haruslah bertawakkal kepada Allah. Dalam hal ini berserah diri kepada Allah dengan maksud setelah melakukan suatu pekerjaan dengan usaha yang maksimal, seorang muslim harus menyerahkan hasil yang dicapai sepenuhnya kepada kekuasaan Allah. Hanya dengan kuasa-Nya segala sesuatu di dunia ini dapat terjadi. Dengan demikian, seorang muslim akan dijauhkan dari sifat takabur dan ujub atas jerih payahnya dikarenakan semuanya hanyalah berdasar kuasa Allah pemilik seluruh alam semesta, dan bukan semata-mata atas jerih payah kita.
Bersyukur, puncak dari setiap rangkaian ibadah seorang muslim yang taat adalah bersyukur kepada Allah SWT. Dengan bersyukur kepada Allah, seorang muslim diharapkan bersifat arif dan bijaksana dalam memandang sesuatu atas kuasa Allah. Syukur adalah suatu pembeda antara muslim yang taat dan muslim yang khilaf atas nikmat-Nya. Firman Allah :
Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14:7)
Dengan rangkaian ibadah diatas, maka pekerjaan yang kita lakukan akan bernilai lebih di hadapan Allah SWT. Bukan hanya dunia saja yang didapat, melainkan akhirat-pun termasuk didalamnya. Ridho Allah yang didambakan setiap umat akan lebih mudah dicapai dan bonus lainnya berupa rezeki yang barokah-pun dapat kita raih.
Semoga dengan bekerja dapat memberikan manfaat bagi kita sebagai seorang muslim secara lahiriah dan bathiniah.

ANAK ADALAH UJIAN


Anak adalah suatu anugerah dari Allah SWT. yang tidak ternilai, tetapi apakah sempat terpikir oleh kita semua bahwa anugerah tersebut dapat menjadi suatu bencana bagi kita? Hal itu bisa saja dan pasti akan terjadi apabila kita sebagai orang tuanya tidak dapat menempatkan anugerah tersebut dengan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, marilah kita sama-sama merenungkan hal berikut ini.
Allah mengingatkan kita dengan firmannya yang berbunyi sebagai berikut :


Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
QS. Al-Anfal (8) : 28



Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
QS. At-Taghabun (64) : 15
Dari kutipan ayat diatas kita dapat menyimpulkan bahwa anak yang dikaruniakan atau lebih tepatnya dititipkan kepada seorang orang tua adalah merupakan suatu cobaan ataupun suatu ujian bagi mereka (orang tua). Allah SWT. menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang lulus atau dapat melalui ujian tersebut dengan baik. Dan juga sebaliknya apabila mereka tidak lulus ataupun gagal dalam menyelesaikan ujian tersebut, maka Allah SWT. pun akan meminta pertanggung jawaban mereka atas kegagalan dalam menempuh ujian yang diberikan-Nya.
Seorang anak dapat diibaratkan bagaikan lembaran kertas yang putih, apabila si penulis menuliskan tulisan yang baik dan indah serta ia pun berhati-hati dalam menuliskan kata-kata dan ia pun tidak lupa untuk menjaga kerapihan tulisannya tersebut, maka setiap orang yang melihatnya akan merasa senang, simpatik dan senantiasa terarik untuk membaca tulisan itu lebih lanjut. Sebaliknya apabila kertas putih tersebut ditulis dengan tulisan yang tidak baik serta ditulis secara sembarangan dan terlebih lagi apabila si penulis tidak berhati-hati dalam menulis sehingga kertas yang putih itu menjadi lusuh dan kusam dengan noda tinta yang tertumpah dimana-mana, maka orang pun merasa enggan untuk melihat karena hilangnya rasa simpatik terhadap penampilannya, apalagi untuk membaca tulisan yang tertulis didalamnya. Dapat dipastikan bahwa yang pertama kali akan dinilai orang lain adalah si penulis kertas tersebut, yaitu orang tuanya.
Bagaikan ladang yang kosong, bibit yang ditanam adalah hasil yang akan dituai. Tidaklah mungkin apabila kita menanam bibit padi yang akan menghasilkan kacang ataupun jagung. Tentunya kita akan menuai hasil berupa padi, tetapi keunggulan padi tersebut belum dapat kita pastikan tanpa penanganan yang baik terhadap proses pematangan bibit padi tersebut selama ditanam. Maka dari itu pilih dan tanamkanlah bibit yang benar-benar baik sehingga hasil yang akan kita tuai adalah padi yang benar-benar berisi dan teruji keunggulannya.
Di dalam Al-Quran pun dijelaskan bagaimana cara untuk mendidik anak agar menjadi seorang anak yang saleh dan sesuai dengan syari’at Islam.



Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
QS. Luqman (31) : 13
Dari ayat diatas, dapat dilihat bahwa hal yang pertama kali diajarkan Luqman kepada anaknya adalah tentang ke”tauhid”an Allah SWT. Ia menjelaskan bahwa menduakan Allah SWT. (syirik) adalah suatu dosa yang teramat besar. Maka tanamkanlah suatu pelajaran (bibit) kepada si anak tentang ke-esa an Allah SWT. dimana pelajaran itu akan membuatnya percaya dan yakin bahwa hanya Allah yang patut disembah. Apabila telah ditanamkan suatu iman yang kuat tentang Allah SWT. dan ketentuan-Nya, maka Insya Allah anak yang telah dibekali tersebut akan menjadi anak yang saleh dan berguna bagi orang tua serta agamanya yaitu Islam.
Dengan demikian kertas putih itu akan selalu terlihat indah dan menarik sehingga mengundang simpatik setiap orang yang melihatnya. Untuk lembaran-lembaran berikutnya adalah tulisan yang berisikan tentang Islam dan Ikhsan. Apabila bab demi bab telah tertulis dengan indah dan rapih, maka suatu nilai kelulusan yang tinggi akan diperoleh oleh si penulis (orang tua). Maka dapat dipastikan bahwa orang tua tersebut telah berhasil melalui cobaan dan ujian dari Allah SWT. yang senantiasa menitipkan dan mengkaruniakan anak untuk dijadikan khalifah yang sangat bernilai di bumi ini.





Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
QS. al-Furqan (25) : 74
catatan : Kita selaku orang tua dari anak kita, namun jangan lupa bahwa kita juga merupakan anak dari orang tua kita. jadi hasil ujian dari orang tua kita pun ditentukan oleh perilaku kita, maka dari itu muluskanlah jalan mereka dengan melakukan yang terbaik untuk hidup di jalan Allah…

SIAPAKAH ANDA ?


Darimana asalku? dari ibu bapakku. Darimana ibu bapakku? dari kakek dan nenek. Darimana kakek dan nenek? dari ibu bapaknya. Darimana ibu bapaknya? dari ibu bapak ibu bapaknya. Hal itu akan terus menerus berhubungan hingga sampailah pada muara dimana kita berawal dari seseorang yang bernama Adam. Darimana Adam? Adam diciptakan Allah dari tanah, tanah yang bernapas, tanah yang bergerak, tanah yang berjalan. Hal itu berlaku untuk setiap insan manusia, termasuk kita. Kitapun terbuat dari tanah.

Berapa dan bagaimana umur dari tanah ini? Umur bukanlah hitungan hari, minggu, bulan dan tahun, melainkan umur tersebut adalah hitungan amal, ibadah seseorang yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan sang Khalik, Allah SWT. yang menguasai hari akhir. Kita diingatkan untuk mencium dan mengingat asal kita minimal 34 kali dalam satu hari dengan bersujud kepada Allah, hanya untuk menunjukkan bahwa tanah ini bukanlah apa-apa, hanyalah sekumpulan tanah yang nantinya akan kembali kedalam tanah dan kembali dilebur menjadi tanah. Dari tanah kembali ke tanah…

Subhanallah… setiap yang hidup pasti akan mati, sehingga muncul satu pertanyaan yaitu apa saja yang sudah dikerjakan tanah ini? Sudah cukupkah hitungan umur tanah ini? hanya si tanah yang dapat menentukan bekal apa yang akan dibawa untuk dipertanggung jawabkan.

Ya Allah… semoga tanah ini kembali kepada-Mu dalam keadaan yang Khusnul Khatimah…

ORANG MISKIN


Sahabatku, banyak manusia yang berlomba-lomba dalam hal yang bersifat materi demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Selain itu mereka mengharapkan tentang taraf hidupnya yang jauh dari kata miskin. Akan tetapi apakah dengan harta yang berlimpah dalam kehidupan seseorang serta merta membuat hati mereka juga kaya? Tentu tidak, harta yang melimpah belum tentu membuat hati seseorang ikut menjadi kaya. Menurut Imam Ghozali, seorang manusia dapat dikatakan kaya apabila hatinya lah yang kaya. Lantas bagaimana rupa dari hati yang kaya itu? Hati yang kaya adalah hati seorang manusia yang merasa cukup dan bersyukur atas segala nikmat Allah. Dengan demikian, apabila seseorang yang hatinya masih menginginkan sesuatu yang lebih dari nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya maka ia tergolong kepada orang-orang yang miskin.

Seorang yang kaya raya dalam hal materi belum tentu dapat dikatakan kaya apabila hatinya miskin. Seorang yang miskin adalah seseorang yang belum memiliki sesuatu yang diinginkannya. Sebagai contoh apabila seseorang yang telah memiliki harta yang berlimpah, ia memiliki 3 mobil di dalam garasi rumahnya. Akan tetapi hatinya mengatakan bahwa ia masih ingin memiliki mobil keluaran terbaru sebanyak 2 buah lagi dan hal tersebut belum dapat terpenuhi, maka ia tergolong dalam orang miskin dikarenakan hatinya yang tidak kaya. Sebaliknya orang yang tergolong miskin secara materi belum tentu dapat dikatakan miskin apabila ia memiliki hati yang kaya. Apabila ia merasa cukup dan bersyukur atas segala nikmat pemberian Allah kepadanya, maka senantiasa hatinya akan menjadi kaya. Dan itulah kekayaan yang hakiki.

Harta hanyalah sebuah metode pengukuran tingkat hidup secara tradisional dan kuno. Dikatakan kuno atau terbelakang hanya dikarenakan harta hanyalah berguna untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Sedangkan metode ukur yang jauh lebih maju dan modern adalah HATI. Hati senantiasa menemani seorang hamba Allah yang taat dari dunia hingga akhirat. Rasulullah mengatakan bahwa ada segumpal daging dalam diri manusia yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan segumpal daging itu adalah hati. Maka dari itu, hendaknya seorang hamba yang ingin mendapatkan ridho dari Allah selalu menjaga hatinya untuk bersifat qanaah. Ia akan selalu merasa berkecukupan dalam segala aspek. Ia tidak akan banyak menuntut dikarenakan hatinya telah merasa cukup atas nikmat Allah yang amat sangat melimpah ruah atas diriniya. Bukankah satu nikmat nafas jauh lebih berharga dari segenggam permata yang paling indah?

Apabila kita ingin menjadi orang yang kaya dihadapan Allah, isi dan penuhi hati kita dengan sifat qanaah dan jalani hidup ini senantiasa dengan beristiqomah kepada Allah SWT.

Semoga dengan menempuh jalan yang lurus kita akan mencapai ridho Allah.

ORANG ASING



Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) dan akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu?” Lalu Rasulullah menjawab, “Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan.” (HR. Muslim)

Orang asing sering diartikan sebagai suatu golongan yang tidak membaur terhadap dunia sekitar, meskipun sikap yang diambil itu adalah benar. Hanya karena tidak ingin dianggap sebagai seseorang yang asing, maka seseorang itupun akan berusaha beradaptasi dengan dunia sekitarnya meskipun dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama. Padahal menjadi asing (aneh) dimata orang lain tidak menurunkan tingkat derajat seseorang dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, beradaptasilah dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Sikap yang tegas seorang muslim dalam melawan kebatilan tentunya akan membawa dampak positif terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya, meskipun dengan cara itu kita sebagai seorang muslim akan diperlakukan dan dianggap sebagai seseorang yang asing. Tetapi tentunya dibalik semua keadaan itu ada hikmah yang terkandung dan memiliki jauh lebih banyak nilai positif dibandingkan hanya sekedar dipandang umum oleh masyarakat sekitar.

Kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat sementara, hanyalah merupakan sebagian kecil dari kehidupan abadi yang akan kita jalani kelak. Untuk itu, gunakanlah kesempatan yang sangat singkat ini untuk menentukan apakah kita merupakan bagian dari kaum yang terpilih atau kita merupakan bagian yang terbuang. Disini pula kita akan menempatkan diri kita sebagai orang asing, ataukah sebagai orang yang tergolong extra ordinary (mengikuti arus) terhadap dunia sekitar.

Bukankah Rasulullah SAW. telah mengatakan bahwa “barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut merupakan bagian dari kaum tersebut”. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk menentukan apakah kita sebagai seorang muslim merupakan bagian dari kaum yang terpilih atau bagian dari kaum yang kufur (terbuang). Bila kita ingin menjadi bagian dari kaum yang terpilih, maka bergaulah dan berkumpulah dengan kaum yang memiliki akidah dan iman yang dibenarkan oleh Allah SWT. Janganlah terbuai dengan kenikmatan yang memanjakan kita bersama kaum yang kufur sehingga kita menjadi bagian dari kaum tersebut. Hanya karena kenikmatan dunia yang bukan merupakan bandingan dari nikmat akhirat, kita menjadi lalai dan lupa bahwa hidup ini hanya sekedar cobaan dan ujian yang menentukan kehidupan kita di akhirat kelak.

Bersikaplah sebagai seorang muslim, dan matilah sebagai seorang muslim…

CINTA REMAJA YANG SEDIH


    
DESTROYED
    Cerpen karya Rani Dwi Anggraeni

    Hari ini tetap hari yang indah seperti hari kemarin. Ku lihat langit begitu indah, begitu cerah..secerah hatiku saat ini. Terdengar suara kicauan burung yang membuat suasana hari ini begitu indah. Aku tersenyum-senyum mengingat dia, orang yang aku cinta. Aku teringat akan setiap kenangan dari dalam dirinya. Aku tak bisa melupakan dia bersama kenangannya, cukup sulit untukku ketika aku berpisah dengannya. Aku terbangun dari lamunanku, dan segera beranjak pergi dari kamarku.

    Kriiing..suara handphone ku berbunyi, itu pesan dari Kian. Dengan cepatnya aku membuka dan membaca isi pesan itu. Ternyata dia ingin bertemu denganku di taman. Dan untungnya sekarang itu hari sabtu, jadi aku bisa bertemu dengannya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan segera mandi lalu berganti pakaian. Tak lama kemudian, aku berpamitan kepada kedua orangtua ku, dan bilang aku akan pergi bertemu Kian, orangtuaku sih tidak mengomel, karena mereka sudah mengenal cowok itu. Aku berjalan ke arah taman, dan ternyata dia belum datang, aku memutuskan untuk menunggunya.

    Aku berjalan menuju pohon yang begitu besar dan rindang, lalu aku duduk di bangku panjang yang tak jauh dari lapangan bola. Udara disana begitu sejuk, dan menenangkan jiwaku. Tak lama kemudian, ia sudah terlihat dari kejauhan, dan ia berteriak memanggilku.

    “Clara” panggilnya.

    Aku pun segera beranjak dari tempat dudukku, dan refleks aku melambaikan tanganku ke arahnya. Dia tersenyum padaku, oh...manis sekali. Sungguh, aku menyukai senyumannya itu. Aku berlari ke arah dia, dan aku tersenyum padanya, kemudian ia mengelus kepalaku. Aku menunduk, aku merasakan kasih sayang darinya lagi. Lalu kami berjalan menuju tempat duduk di bangku yang aku tempati sewaktu menunggunya. Kami duduk berdua di bawah pohon, ia berada tepat di hadapanku. Ia memegang tanganku, seperti biasanya ia mengejek tanganku yang kecil ini, katanya tanganku mirip tangan bayi. Hatiku bardebar ketika ia memegang tanganku, bahkan aku sempat berfikir, apakah ini mimpi?atau aku sedang melamun? Aku mencubit tanganku sendiri, dan ternyata ini bukan mimpi.

    Jujur, aku tak bisa melupakan Kian, karena ia cinta pertamaku. Aku menyukainya karena ia selalu membuatku tertawa, membuatku nyaman jika dekat dengannya. Meski ia bukan tipe cowok yang romantis, tapi aku mencintainya dengan tulus.

    Ia membuka percakapan dengan membahas masa lalu kami, yang menurutku tak perlu di bahas lagi, karena itu sangat menyakitkan untukku, dan beribu penyesalan selalu menghantuiku karena telah mengecewakannya .Tapi sungguh, aku tak bermaksud mengecewakannya. Kini di hatiku hanya ada satu harapan, harapanku untuk bisa bersamanya lagi. Apakah semua itu akan terwujud?

    Kian menatapku dalam, aku segera memalingkan wajah ke arah pepohonan, aku tak bisa menatapnya karna aku takut akan diriku jatuh ke dalam pelukannya. Suasana menjadi hening, tak ada lagi celotehan dia, dia hanya memainkan ponselnya. Aku hanya bisa terdiam, dan berfikir mengapa dia tersenyum sendiri setiap kali melihat ponselnya itu?

    Kemudian, aku melirik ke arah tangannya, aku heran kenapa kukunya bening? lalu aku tanyakan kepadanya.

    “Kuku kamu bagus, pake kutek bening ya?” kataku

    “Oh iya, aduh lupa belum di hapus, ini gara-gara si Virni.” jawabnya sambil tersenyum sendiri

    “Virni? Virni siapa sih? Aku belum pernah mendengar temannya yang bernama Virni.” Aku bertanya-tanya dalam hati.

    Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya.

    “Virni itu pacar kamu?”tanyaku.

    Ia mengangguk, dan tersenyum padaku. Kemudian, ia berpindah tempat, lalu duduk tepat di sampingku. Entah mengapa hatiku sudah tak karuan, hatiku berdebar mungkin suasana yang membuatku seperti ini. Tiba-tiba saja ia menunjukkan foto sesosok wanita yang sama sekali tak ku kenal. Hatiku berbicara, mungkin itu Virni, pacar barunya Kian.

    Apa maksudnya semua ini?aku tak mengerti. Apa ia ingin membuatku cemburu? Aku terdiam, dan kepalaku menunduk. Hatiku perih melihat kenyataan nya Kian sudah mempunyai penggantiku. Rasanya aku seperti di ambang ke atas, lalu di jatuhkan dengan cepatnya. Tuhan..ternyata ia ingin bertemu denganku, ingin menunjukkan pacar barunya. Aku berdoa agar aku tak meneteskan air mataku di hadapannya. Saat itu juga harapanku musnah. Kemudian, ia duduk di hadapanku lagi, dan menatapku dalam-dalam. Sungguh aku tak bisa membalas tatapannya itu, aku hanya bisa menundukkan kepala. Aku merasakan dadaku sesak, dan rasanya air mataku akan menetes dengan sendirinya. Tapi untungnya aku bisa menahannya. Karena jika aku menangis, itu sama saja dengan membunuh diri sendiri.

    Aku melirik jam tanganku, waktu sudah sore menunjukkan pukul 16.30. aku harus segera beranjak pergi dari tempat itu. Aku segera berpamitan pada Kian dan segera pergi dari taman. Aku berharap ia berteriak memanggilku dan mengantarkanku pulang, tapi semua itu tak terjadi. Aku berjalan melewati jalan yang sepi dengan letih dan kekecewaan. Suasana di sana sangat hening, hanya hembusan angin yang merasuk kedalam tubuhku. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, tapi aku tak bisa. Langit pun mendung, tak lama kemudian hujan turun membasahiku.

    Aku berlari menjauh dari dia yang berjalan ke arah yang berlawanan denganku. Ternyata semua tak sesuai harapanku. Sekarang aku tersadar, bahwa dia bukan yang terbaik untukku. Aku hanya pelariannya, seolah-olah aku adalah selingkuhannya. Selama ini, ia hanya mempermainkan perasaanku. Cukup tau dia begitu, cukup sampai disini, aku takkan membiarkannya menyakitiku lagi. Aku terus berlari melawan derasnya hujan, aku menangis sejadi-jadinya. Dan sekarang aku berteriak sekencang-kencangnya untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di benakku. Sampai saat ini, sampai detik ini, aku tak akan pernah mengingatnya lagi.